Kenapa Tuhan Belum Mengabulkan Doa Kita? (Storytelling)

 

Kenapa Tuhan Belum Mengabulkan Doa Kita? (Storytelling)



Namanya Salma. Ia berdoa hampir setiap hari, bahkan sampai menangis di sepertiga malam. Doanya sederhana: ingin dimudahkan jodoh, dipertemukan dengan seseorang yang bisa mendampinginya dalam kebaikan.

Tahun berganti tahun, tapi doanya belum juga terjawab. Salma mulai gelisah, mulai bertanya-tanya dalam hati,

“Tuhan, aku sudah memohon dengan sungguh-sungguh. Kenapa Kau belum juga kabulkan?”

Ia merasa kecewa. Merasa mungkin doanya tidak layak. Merasa Tuhan tidak mendengar.


Suatu hari, Salma duduk di sebuah kajian kecil di masjid dekat rumah. Sang ustadz berbicara dengan lembut,

“Teman-teman, jika doa kita belum terkabul, jangan buru-buru berprasangka buruk kepada Allah. Boleh jadi, Dia sedang menyiapkan sesuatu yang jauh lebih baik daripada yang kalian pinta.”

Kalimat itu menembus hati Salma. Ia terdiam, mulai memikirkan ulang.
“Jauh lebih baik? Tapi kan aku sudah sangat yakin ini yang terbaik…”


Setelah kajian selesai, Salma memberanikan diri bertanya pada ustadz itu.

“Ustadz, bagaimana kalau saya sudah mendoakan sesuatu bertahun-tahun, tapi belum juga dikabulkan?”

Ustadznya tersenyum bijak, lalu berkata,

“Kalau kamu belum dikabulkan, mungkin Tuhan menunda agar kamu semakin dekat dengan-Nya. Bukankah saat kita punya hajat, kita jadi lebih rajin sholat, lebih rajin berdoa, lebih sering menangis pada-Nya? Itu artinya, penundaan itu juga bentuk kasih sayang Allah.”

Salma menunduk. Hatanya seperti disentil. Ia memang merasa imannya meningkat sejak sering berdoa — lebih sabar, lebih pasrah, lebih lembut pada orang lain.


Hari-hari berikutnya, Salma mulai melihat semuanya dari sudut pandang berbeda.

Mungkin memang benar, Tuhan sedang menyiapkan dia menjadi pribadi yang lebih siap. Mungkin Tuhan ingin membersihkan hatinya dulu dari luka-luka masa lalu, agar kelak saat jodohnya datang, ia benar-benar siap mencintai dengan tulus.

Dan siapa tahu, seseorang yang dia minta dalam doa, sebetulnya belum pantas untuknya — atau dia belum pantas untuk orang itu — maka Tuhan menunda agar semuanya selaras.


Salma akhirnya tetap berdoa. Tapi kini ia berdoa dengan lebih tenang, tanpa gelisah, tanpa menuntut, hanya penuh harap dan pasrah,

“Ya Allah, kalau memang yang kupinta ini baik untukku, dekatkan. Jika tidak, maka jauhkan, dan lapangkan hatiku.”

Ia belajar satu hal besar:

🌿 Bahwa doa bukan sekadar permintaan.
🌿 Doa adalah cara mendekatkan diri kepada Tuhan.
🌿 Dan terkadang, penundaan adalah jawaban paling indah — karena Tuhan ingin hatimu tumbuh terlebih dahulu sebelum menerima apa yang kamu inginkan.


Jadi kalau kamu sekarang sedang menunggu doa dikabulkan, ingat kisah Salma ini. Jangan patah semangat, jangan putus asa. Tuhan selalu mendengar, dan Dia tahu persis kapan dan bagaimana caranya menghadiahkan jawaban terbaik untukmu.

🌙 Bersabarlah, tetaplah berharap, dan tetaplah berdoa. 🌙

Comments

BANYAK DIBACA

menghadapi orang tua yang depresi

belajar dari paman BOB